Kegenitan Dalam Kampanye
Tebar Pesona
Habis pilkada terbitlah pileg. Persis seperti itu fakta demokrasi yang tengah menghujam beberapa daerah di Indonesia, tak terkecuali Kabupaten Manggarai Timur. Sebagai salah satu daerah yang bakal merayakan pemilihan umum legislatif pada April 2019 mendatang, saat ini para kontestan ramai-ramai turun gunung dan tebar pesona. Simpati publik direbut dalam banyak bentuk. Melalui media dan forum tatap muka. Logika dan emosi publik dikoyak habis-habisan agar kepentingan mendarat dengan prima. Pada situasi ini, nalar kritis perlu membentengi pikiran agar motivasi memilih tak terjebak dalam pola konvensional. Pengetahuan yang baik tentang figur kontestan mutlak menjadi acuan. Segala macam pendekatan direfleksi dalam standar rasionalitas. Praktisnya pesona sang kontestan dilacak secara holistik. Apakah ia memiliki kompetensi dan kepedulian terhadap problem kemasyarakatan? Apakah ia memiliki konsistensi perjuangan untuk membangun masyarakat? Semua itu dapat dicek dalam skala rekam jejak.
Problem pendekatan dewasa ini cenderung menempatkan rakyat sebagai objek kepentingan. Individu kontestan mulai sibuk menyentuh persoalan publik di masa-masa jelang pemilu. Dalam proses ini tak terbangun suatu percakapan politik diantara kedua pihak sebab suara rakyat ditertibkan guna mengoalkan kepentingan semata. Kedaulatan publik dipermainkan, anomali politik dan desakralisasi nilai kian menggema.
Di era otonomi daerah, demokrasi yang berkualitas ialah tuntutan absolut. Praksisnya lahir dalam kemampuan publik menentukan sikap politik. Maka kampanye politik sudah tidak cukup lagi berkutat seputar iklan janji politik, konsolidasi massa dan sebagainya. Transformasi rakyat ialah visi maupun agenda yang jauh lebih besar. Dalam diskursus demokrasi, kedaulatan rakyat adalah keniscayaan. Keniscayaan itu mensyaratkan bahwa rakyat adalah panglima, sesuatu yang sakral, dan merupakan realitas hakiki dalam wacana, logika, maupun dialektika demokrasi. Karena itu kampanye mesti menjadi arena pemberdayaan, tempat dimana segala macam edukasi politik dimainkan secara optimal.